Open top menu
Senin, 13 Februari 2012


Rencana mega proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Karama, menemui kendala. Para pemuda Kecamatan kalumpang Bonehau menyatakan menolak pembangunan PLTA tersebut.


Menurut  Ketua Kesatuan Aksi Pemuda, Pelajar Mahasiswa Mamuju Timur (KAPPM-MT), Anugrah Siarra', pemerintah mesti mempertimbangkan matang-matang sebelum melaksanakan proyek tersebut. Apalagi, kata Anugrah, akan merelokasi warga setempat.


"Saya bersama teman-teman yang berasal dari Kecamatan Bonehau menyatakan menolak rencana pemerintah yang akan merelokasi permukiman warga hanya untuk pembangunan PLTA," katanya, Jumat, 23 Desember.


Menurut dia, sikap penolakan terhadap pembangunan PLTA Karama itu bukan hanya muncul dari  kalangan pemuda saja, melainkan segenap warga di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kalumpang dan Bonehau. "Penyataan penolakan itu sudah disampaikan saat pertemuan yang telah digelar di Kalumpang,” katanya.


Anugrah mengatakan, sebenarnya mereka tidak mau menghambat program pemerintah tersebut. Hanya saja perlu ada rasionalisasi. Menurutnya, sangat tidak rasional apabila warga Kalumpang dan Bonehau itu harus direlokasi hanya karena pembangunan PLTA.

"Perlu digarisbawahi, ini bukan persoalan besaran ganti rugi lahan sehingga kami menolak. Tapi permukiman tersebut merupakan warisan dari leluhur kami. Tentunya ada beragam nilai-nilai budaya yang harus kami pertahankan dan lestarikan. Bukan untuk diobrak-abrik," tegasnya.

Menurut pengamat lingkungan, Muhammad Ridwan Alimuddin, sungai Karama berbeda dengan sungai Kuning yang ada di China. Dia mengatakan, sungai Kuning sering menyebabkan banjir sehingga butuh energi untuk pembangunannya. "Di Sulbar kasusnya beda. Jika sungai Karama dibendung, pasti akan berdampak negatif pada kawasan mulai dari pertanian sampai sumber daya air," kata Ridwan. (far/ars)
Tagged
Different Themes
Lapak Institute

Mari Mewakafkan Kreatifitas dan keceriaan bersama sama di CFD Mamuju.